ShareThis

RSS

Engkau Bukan Jodohku ...



Akhi Abdullah akan menikah pekan depan. Begitu kabar yang Ana dengar dari teman-temannya. Entah kenapa, setelah mendengar berita itu Ana merasa sedih dan kecewa. Pasalnya, Ana sudah menaruh hati dan harapan kepada ikhwan tersebut. Akhi Abdullah—Ketua Rohis fakultas Ana—yang  pertama kali diketahuinya ketika mengisi kajian angkatannya waktu itu, membuatnya tertarik. Akhi Abdullah begitu menguasai persoalan-persoalan agama dan memiliki wawasan yang luas. Retorika dan kapabilitasnya membuat Ana terkesima. Apalagi, belakangan Ana tahu kalau Akhi Abdullah orangnya baik, simpatik, bertanggungjawab, menjaga pandangan dan pergaulan. Meski begitu Akhi Abdullah tetap bisa diterima dan disukai teman-temannya.
            Selain itu, Akhi Abdullah juga pernah menjadi asisten dosen salah satu mata kuliah Ana. Tanpa Ana sadari, tumbuh harapan di hati Ana. Sosok rajulun shalih nan cerdas seolah-olah tergambar jelas pada diri Akhi Abdullah. Dan harapan untuk menjadi pendamping sosok tersebut semakin menguasai hatinya. Keinginan menjadi istri seorang ikhwan yang baik seperti Akhi Abdullah selalu membayangi dirinya dan memenuhi ruang khayalnya. Tatkala ia mendengar kabar pernikahan Akhi Abdullah, ia merasa bagai disambar petir di siang bolong. Harapan yang sudah terbangun indah hancur berkeping-keping. Bayangan untuk menjadi pendampingnya pun pupus sudah. Ana merasa kenyataan ini begitu pahit untuk ditelannya.
            Ilustrasi diatas memang cuman rekaan alias sekedar cuplikan cerita yang dibuat supaya mudah untuk memberikan gambaran tentang kasus serupa. Nama dan kejadiannya hanyalah fiksi belaka. Kisahnya pun didramatisir sedemikian rupa. Meski mungkin saja, 'korban' kasus yang seperti itu juga tidak sedikit. Sudah berharap-harap untuk dinikahi si ikhwan X, eh si ikhwan malah menikah dengan akhwat lain.

Semuanya di tangan Allah
            Segala sesuatu yang terjadi pada diri kita merupakan ketetapan Allah. Begitu juga dalam masalah perjodohan. Apakah kita akan menikah dengan ikhwan A atau ikhwan B, semuanya tidak lepas dari apa yang disebut sebagai takdir Allah. Apapun, akan terjadi atau tidak akan terjadi, semuanya atas kekuasaan Allah dan kehendak-Nya. Maka apa yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi. Wallahu 'alaa kulli syain qadir (67:1). Allah-lah yang menetapkan segala sesuatu …
            Oleh karena itu, seharusnya kita sadar bahwa diri kita tidak bisa menghendaki sesuatu dan kemudian sesuatu itu akan berjalan sesuai dengan keinginan dan kehendak kita tanpa ijin Allah. Begitupula ketika kita menginginkan seseorang untuk menjadi pendamping hidup kita, jika Allah tidak berkehendak untuk menjodohkan kita dengan dia, maka selamanya kita tidak akan pernah menikah dengan seseorang tersebut. Mengenai siapa jodoh kita adalah rahasia Allah. Dan tidak ada seorangpun yang dapat menguasai ilmu tentang rahasia-rahasia Allah kecuali apabila ilmunya setara dengan Allah, dan ini merupakan hal yang MUSTAHIL!
            Maka barangsiapa yang beriman kepada takdir Allah, kekuasaan dan kehendak-Nya serta paham akan kelemahan dirinya serta betapa butuh dirinya akan Rabb-nya, ia akan benar-benar bertawakkal kepada-Nya dan menempuh jalan-jalan yang telah ditentukan Allah dalam takdir-takdirnya. Ia juga memohon pertolongan kepada-Nya atas apa yang tidak dimampuinya dan mengembalikan segala sesuatu dengan penuh keyakinan tentang firman-Nya : Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal". (QS. 9:51)

Talbis Iblis
            Syaithan memang pandai memasang perangkapnya dalam berbagai bentuk. Termasuk menebar fitnah berupa terpesonanya akhwat terhadap seorang ikhwan dan berharap-harap untuk dinikahinya. Padahal, yang demikian adalah salah satu talbis iblis yang bisa menimbulkan penyakit hati dan mengotori kebersihan hati, bahkan merusaknya. Tidak menaruh harapan kepada makhluk dan berharap hanya kepada Allah adalah jalan terbaik sebagai upaya terbaik untuk mendapatkan jodoh yang terbaik. Allah tahu siapa yang terbaik untuk kita. Lagipula, kita hanya mengenal seseorang tersebut hanya sebatas pengetahuan kita secara zhahir. Wa laa nuzakki ‘alallahi ahadan.      
Bangun keyakinan kita akan kebesaran karunia dan rahmat Allah. Husnudhdhon saja kalau Allah akan memberikan ganti yang lebih baik dari 'dia' yang kita damba. Bisa jadi 'dia' memang baik, tapi bukan berarti yang baik itu terbaik untuk kita.
Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk kita. "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(QS. 2:216)
            Yakinlah akan janji Allah bahwa laki-laki yang baik akan mendapat wanita yang baik, begitupula sebaliknya. "Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)."(QS. 24:26). Positive thinking saja bahwa suatu saat yang kita nanti tersebut pasti akan tiba. With the right man in the right time, insya Allah!
Kalaupun ada yang sudah telanjur mengalami kasus serupa diatas, anggap saja itu adalah satu bagian kecil dari sebagian ujian yang ditimpakan Allah kepada kita. Hidup kita ini masih panjang. Masih banyak ladang amal yang belum kita garap. Hak-hak Allah dan kewajiban kita kepada-Nya pun masih banyak yang terlantar.
           Tidak perlu sedih hanya karena ada ikhwan menikah dengan akhwat lain, bukan dengan kita. Bukankah tidak ada hal yang sulit bagi Allah untuk memilihkan salah seorang ‘ikhwan terbaik’ untuk kita diantara seabreg ikhwan yang ada di dunia ini? Wallahu a’lam bishshawwab. (ishlah@ymail.com)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.