Waktu adalah pemberian Allah sekaligus nikmat yang sangat
besar nilainya. Waktu adalah salah satu modal bagi kehidupan kita. Waktu merupakan
esensi kehidupan di mana setiap manusia berjalan di atas garis edarnya. Sayangnya,
banyak orang yang sepakat tentang arti penting waktu, namun lalai untuk
memanfaatkan waktunya dengan baik. Persis sebagaimana digambarkan dalam hadits,
“Ada dua nikmat di mana banyak manusia yang melalaikannya, yaitu kesehatan dan
kesempatan.” (HR Bukhari)
Oleh karena itu, atas waktu yang sudah kita miliki
ini, sangat penting untuk bisa me-manage-nya
dengan baik. Apalagi sebagai seorang muslimah, banyak kewajiban dan hak-hak
yang harus kita tunaikan, serta mengaturnya menjadi sebuah harmoni aktivitas
yang efisien dan efektif. Artinya, kita benar-benar telah memaksimalkan modal
dan potensi waktu yang sudah diberikan Allah kepada kita. Sehingga, kita bisa
melakukan investasi amal dengan tepat dan berharap akan ‘keuntungan berlipat’
pada saat perhitungan amal di akhirat.
Hanya 24 Jam
Apabila kita merujuk kepada buku Syakhsyiyyah al-Mar’ah al-Muslimah (edisi terjemahan Indonesia
berjudul Jati Diri Wanita Muslimah) tulisan Dr. Muhammad Ali al-Hasyimi, maka
terpaparlah gambaran aktivitas yang integral berkaitan dengan kewajiban dan
hak-hak yang harus dipenuhi oleh seorang muslimah dari berbagai dimensi baik
terhadap Rabb-Nya, dirinya pribadi, orang tuanya, suami dan anak-anaknya,
kerabat, tetangga, rekan-rekannya dan juga masyarakatnya. Aktivitas yang
menyeluruh tersebut meliputi beragam sisi baik dirinya secara individu, rumah
tangga dan keluarga serta peran sosial masyarakatnya secara ideal.
Seorang muslimah memainkan peran dengan rangkaian
aktivitasnya sebagai hamba Allah, putri dari orang tuanya, istri dan ibu, juga sebagai
menantu. Dialah seorang wanita shalihah, anak yang berbakti, partner dan pendamping suami, madrasah
bagi putra putrinya, sekaligus ‘pelayan dan pengurus’ suami serta anak-anaknya.
Dialah thalibah (penuntut ilmu), da’iyyah (juru dakwah), murabbiyah (pendidik), ustadzah (pengajar), muharikah (aktivis pergerakan), dan berbagai
predikat lainnya.
Diantara seabreg amanah dan pekerjaan yang disandang
olehnya, hanya ada rentang waktu 24 jam untuk mengakomodasi seluruh rangkaian
aktivitas tersebut. Karena begitu banyaknya perihal yang harus ia tunaikan, sedangkan
begitu sedikit waktu yang tersedia, mengharuskan seorang muslimah untuk ‘cerdas
dan cermat’ dalam mengatur aktivitas dalam waktu-waktu yang ia miliki.
So little time,
so much to do. Begitu sedikitnya waktu yang kita miliki, sedangkan begitu
banyak hal-hal yang harus kita kerjakan. Karena itulah, sangat disayangkan jika
kita terjebak pada hal-hal yang justru menghabiskan waktu dalam kesia-siaan.
Padahal, banyak hal bermanfaat dan lebih prioritas yang bisa kita lakukan.
Waktu ibarat pedang. Jika kita bisa menggunakan pedang tersebut dengan baik,
maka kita yang akan sukses ‘membunuh’. Namun jika tidak, justru kitalah yang
akan ‘terbunuh’.
Selain itu, dalam 24 jam waktu yang kita lalui,
sesungguhnya para malaikat pencatat amal baik dan buruk juga sedang mengawasi
segenap aktivitas kita, untuk dicatat dalam lembaran amal kita. Dan nantinya,
jungkir balik aktivitas dan amalan yang mengisi 24 jam waktu kita, akan
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Dalam waktu-waktu yang kita habiskan
terkandung implikasi pertanggunjawaban yang melekat. Waktu yang kita lalui,
tidaklah lewat begitu saja. “Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu
saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (QS Al-Qiyamah:36)
Sungguh, “Tidak akan bergeser sepasang kaki seorang
hamba pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang
umurnya, untuk apa ia habiskan; tentang masa mudanya, untuk apa ia gunakan;
tentang hartanya, darimana ia mendapatkan dan untuk apa ia belanjakan; tentang
ilmunya, apa yang telah ia kerjakan atasnya.” (HR Thabrani)
Miliki Perencanaan dan Prioritas
Perencanaan adalah poin penting yang harus
diperhatikan. Perencanaan waktu atas rutinitas kehidupan, akan membuat hidup
kita lebih teratur. Hal ini bisa kita mulai dengan menyusun agenda harian,
pekanan, bulanan, dst, termasuk juga target yang ingin kita capai.
Hal ini akan membantu mengingatkan kita atas tugas-tugas
yang harus dikerjakan sekaligus deadline-nya.
Bahkan dalam pekerjaan rumah tangga hal ini juga sangat bermanfaat. Para ibu
bisa menuliskan daftar pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan serta deadline-nya kemudian menempelkannya di
tempat yang terlihat, misalnya kapan harus shalat sunnah, tilawah, membaca
buku, mencuci piring, berbelanja, menyuapi si kecil, mengajak anak-anak
berjalan-jalan, mengajarkan Al-Quran pada anak, dll. Di samping membantu kita
dalam mengelola aktivitas pribadi, anak-anak pun akan lebih terbiasa dalam
keteraturan rutinitas kegiatan mereka. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan
dengan kebutuhan rutinitas masing-masing.
Salah satu hal yang juga membantu kita dalam
melakukan manajemen waktu dan aktivitas adalah penentuan prioritas dalam
`status hukum` aktivitas tersebut. Status hukum disini maksudnya adalah
kategori wajib, sunah, mubah, dst. Yang wajib tentu saja menjadi yang paling diprioritaskan.
Misalnya, kita harus berusaha menyediakan waktu untuk bisa shalat tepat waktu
ditengah-tengah kesibukan saat bekerja, belajar, memasak, atau selainnya.
Diantara virus perusak manajemen waktu dan aktivitas
adalah suka menunda pekerjaan. Padahal, Islam mengajarkan kepada kita untuk
segera beralih kepada pekerjaan yang lain apabila pekerjaan yang sebelumnya
telah usai. “Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sunguh (urusan yang lain)“ (QS Al-Insyirah:7). Kewajiban kita
lebih banyak dari waktu yang tersedia, karenanya kita harus berusa mempercepat
dan menyederhanakan pengerjaannya.
Manfaatkan Sebelum Terlambat
Memanfaatkan waktu dan kesempatan yang diberikan
Allah, ada pada 5 hal, yaitu sehat sebelum sakit, lapang sebelum sempit, muda
sebelum tua, kaya sebelum miskin, dan hidup sebelum mati. Maka, sebelum
terlambat, hendaknya kita tidak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak
penting sehingga membuat kita lalai terhadap waktu.
Tiap menit dalam kehidupan kita amatlah besar
nilainya. Tak ada seorang pun yang bisa mengembalikan menit-menit yang telah
berlalu, bahkan satu detik pun. Namun, pada kenyataannya ‘sesuatu paling
berharga’ bernama waktu yang harus kita jaga tersebut, justru menjadi ‘sesuatu
yang paling mudah hilang’ karena kelalaian kita. Semoga kita menjadi orang yang
menyesal di dunia ini dan berkesempatan untuk memperbaikinya. Bukan termasuk
orang-orang yang menyesal di akhirat, yang kemudian tak bisa melakukan apa-apa.
Wallahul musta’an. (Ummu Aman)
0 komentar:
Posting Komentar