ShareThis

RSS

Kecantikan yang Barakah

Kecantikan yang barakah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri bahwa hal itu adalah karunia Allah. Tak patut rasanya jika ia merasa bangga dan sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua hal. Pertama, menjaganya dari perkara-perkara yang diharamkan Allah dan tetap menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan merawat kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya kepada orang-orang yang tidak berhak menikmati kecantikannya, juga tidak melakukan tabarruj atas wajah cantiknya.
Ia julurkan di atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan sebaik-baik pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayunya dengan hiasan kesalehan yang merupakan sebaik-baik perhiasan. Ia kendalikan hawa nafsunya untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan, terutama yang berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik inilah yang akan selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan. Bersabar untuk tidak bermaksiat dan tetap taat. Bersabar supaya  tidak mengikuti dorongan nafsu untuk mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan syukur, itulah sifat yang dimiliki oleh pemilik kecantikan yang barakah. Inilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan Allah atas pemiliknya.
                Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan si pemilik dan mengundang kemurkaan Allah atasnya. Yaitu kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermaksiat kepada Allah. Kecantikan yangmana pemiliknya ‘diperkosa’ oleh nafsunya supaya mau memamerkan kecantikannya, menyombongkannya dan menonjolkannya. Bahkan ia merasa bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawan jenis (yang tidak berhak) atas kecantikan miliknya.
Dengan kecantikan yang ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah. Karena ia telah menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikan oleh-Nya. Bukannya menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan, malah ia jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan penuh fitnah, yang sia-sia dan dibenci oleh Allah. Walaupun kecantikannya tiada tara, namun tak ada artinya (di sisi Allah).

Menjaga Diri dari Fitnah
                Wanita memang menjadi sumber fitnah terbesar bagi para laki-laki sebagaimana sabda Nabi SAW. Seraut wajah seorang wanita,  bisa saja membuat seorang lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang. Oleh karena itu, ada sebagian ulama yang mewajibkan menutup wajah karena besarnya peluang fitnah yang bisa ditimbulkan.
                Terlepas dari pendapat mana yang kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau menutupnya dengan niqab (cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan fitnah yang harus dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya ihtimam terhadap penjagaan tersebut.
                Banyak kita temui di jejaring sosial, para akhawat memasang profile picture alias foto dirinya baik yang bercadar atau pun tidak. Ada yang rame-rame bersama akhawat lain, ada juga yang sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang foto close up-nya lengkap dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan kepentingannya, selain narsis (mungkin). Dengan demikian, setiap mata laki-laki bisa saja memandangi dan membayangkan dirinya meski sehelai kain menutupi sebagian wajahnya, sedangkan mata dan sebagian wajah lainnya masih bisa dipandangi dengan leluasa.
                Pun demikian dengan akhawat yang membuka wajahnya. Dengan pede-nya ia tebar senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan menarik. Ditambah suara yang dibuat semerdu mungkin dan gesture yang sok manis. Justru ketika dirinya berada di tempat bertemunya ia dengan para ikhwan, seperti di kampus, pameran buku, atau selainnya. Lengkap sudah menjadi sumber fitnah. Naudzubillah!

Suami yang Paling Berhak Menikmati
Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah satu-satunya penikmat kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.
Meski seringkali kita temui, banyak yang begitu ribut dan ribet dalam memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan akan dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang perhatian publik. Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan acuh terhadap dandanan mereka, meski di hadapan suami tercinta. Cukup tampil apa adanya, kusut, semrawut dan berantakan, plus daster yang sudah usang dan perlu ditambal. Bukanlah hal yang mengherankan jika suami akhirnya lebih memilih untuk mencari “pemandangan” di luar yang lebih indah dan menarik.
Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah menikah, suami mendapat prioritas penting sebagai tujuan utama berhias. Berdandan untuk suami bernilai ibadah. Seorang istri yang sadar akan kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat menarik perhatian suami dengan mengerahkan setiap potensi keindahan dan kecantikannya. Sehingga, ia bisa tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang jiwa dan penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan kemaluannya, hingga tak ada kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.
Dan jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik. Jangan biarkan laki-laki lain sedikit pun menikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun baginya. Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial. Hanya orang spesial yang bisa mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.
                Berhias pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat dalam menempatkannya. Semoga barakahlah yang kita raih atas kecantikan kita... (Ummu Aman)

               


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.