Sejak
zaman dahulu kala, dunia telah menjadi ujian bagi hamba-hamba-Nya. Kesenangan
hidup dan warna-warninya telah membuat banyak orang lalai, terlena dan terbuai.
Begitu pula yang melanda para muslimah hari ini. Banyak dari mereka yang
menjadi ‘korban’ hedonisme ala barat. Bergaul secara bebas tanpa batas,
mengikuti tren mode yang melanggar syariat, bergaya hidup semau gue
tanpa peduli dengan aturan dan ketetapan Allah. Dunia begitu
menggoda, hingga sulit rasanya menahan diri dan mengendalikan hawa nafsunya.
Life style muslimah saat ini
tidak lepas dari pengaruh majalah dan tontonan yang mereka konsumsi. Sehingga
kedua hal tersebut telah memberikan gambaran dan membentuk pola pemikiran yang
menganggap bahwa kehidupan ala barat (yang notabene bertentangan dengan syariat
Islam) adalah lebih baik dan lebih menyenangkan. Dengan kata lain, lebih
memuaskan hawa nafsu. Karena memang, hawa nafsu manusia cenderung kepada
pemuasan syahwat, tak peduli harus melanggar syariat.
Padahal, berapa banyak
kerusakan yang kemudian terjadi pada muslimah kita. Berapa banyak yang
kemudian tak lagi malu menonjolkan bagian-bagian tubuhnya yang seharusnya
ditutupi, berapa banyak yang kehilangan kehormatan (baik dalam arti keperawanan
maupun sudah ‘dipegang-pegang’), ataupun MBA (married by accident alias
hamil di luar nikah). Nas’alullah afiyah.
Kesenangan dunia dan kebebasannya telah melenakan kebanyakan muslimah. Membuat mereka
lupa pada Rabb-nya, bahkan lupa pada diri mereka. Bahwa nantinya mereka akan
mempertanggungjawabkan setiap amal mereka, dan akan mendapat balasan sesuai
dengan perbuatannya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah
orang-orang yang fasik.” (QS Al-Hasyr:18-19)
Dunia yang indah ini memang menjadi godaan yang berat bagi
muslimah yang kurang kuat memegang dien mereka. Jika kurang erat genggamannya
pada ikatan iman, alih-alih akan terseret oleh deras arus kehidupan yang
semakin berkiblat pada Barat. Dengan slogan freedom & love,
orang-orang Barat menggiring remaja muslim ke arah kebebasan berpikir dan
bersikap. Bebas, lepas, tidak peduli lagi dengan segala macam tetek bengek
aturan, terutama aturan Islam. Tak mengapa tetap muslim, asalkan jauh dari
nilai-nilai Islam. Biarlah Islam sekadar identitas, bukan jati diri. Segala
bentuk produk baik pemikiran dan tingkah laku mereka gencarkan, supaya generasi
Islam menjadikan mereka sebagai panutan.
Kehidupan yang jauh dari nilai-nilai Islam dan lekat dengan
gaya hidup orang-orang kafir, seharusnya tak membuat kita kepincut dan
ingin menikmatinya. Karena Allah telah berfirman, “Janganlah sekali-kali kamu
terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu
hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam;
dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (QS Ali ‘Imran:196-197).
Dan seharusnya, seorang muslimah bersabar atas setiap godaan
dunia yang menari-nari dihadapannya. Karena kesabaranlah sebaik-baik sikap
dalam sebuah perjuangan menetapi kebenaran. Sabar untuk menaati Allah, sabar
untuk tidak bermaksiat kepada Allah, dan sabar dalam ujian yang diberikan
Allah.
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan
dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melampaui batas.” (QS. Al-Kahfi:28)
Dunia ini hanya sementara. Ibarat
sebuah perjalanan, dunia hanyalah tempat untuk mampir ngombe.
Beristirahat sejenak melepas lelah dan dahaga sekadarnya, kemudian melanjutkan
perjalanan kembali. Bukan malah berleha-leha dan lupa akan tujuan perjalanan
sebenarnya. Perjalanan kita masih panjang. Dan negeri akhirat lah akhir
perjalanan kita. Surga yang indah penuh kenikmatan, ataukah neraka menyala
dengan segenap kesengsaraannya. Kita sendiri
yang menempuh perjalanan itu, sehingga kita yang lebih tahu, ke arah mana
perjalanan yang kita tempuh. Maka sebelum terlambat, arahkan kemudi perjalanan
hidup kita di dunia, menuju terminal akhir di kerajaan surga yang mewah. Bukan
kolong neraka penuh siksa.
“Sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat
itulah negeri yang kekal.” (QS Al-Mu’min:39)
Jadikanlah dunia sebagai ladang
untuk beramal shalih. Manfaatkan dunia sebagai sarana menegakkan ibadah kepada
Allah. Biarlah dunia sekadar di tangan kita, bukan di hati kita. Dengan
menempatkan dunia di tangan, maka kita bebas mengendalikan dunia dan bukan
sebaliknya. Karena jika dunia berada di hati kita, dunia akan mengendalikan
kita dan kita pun akan terbius oleh gelimang dunia dan dibuat terkapar olehnya.
Pastikan, bahwa kita bukan budak dunia, melainkan majikan dunia yang hendak
mengarahkannya dalam realisasi ibadah kita sebagai hamba Allah. Biarlah akhirat
yang memenuhi hati kita. Tanpa harus melupakan bagian dari dunia sebagai
pemenuhan kebutuhan kita.
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashshash: 77)
0 komentar:
Posting Komentar