ShareThis

RSS

Istri Pengkhianat



Sebagai partner dalam perjuangan iqamatuddin, seorang istri diharapkan bisa mendampingi suami dan mendukung aktivitas iqamatuddin semaksimal mungkin. Meski ternyata, terdapat pula istri-istri pengkhianat perjuangan. Bukannya menjadi mitra juang, sang istri justru menjadi “musuh dalam selimut” bagi suami. Saat suaminya memperjuangkan dan menyampaikan kebenaran, mereka malah menjadi pengkhianat dakwah.
Permisalan kisah istri pengkhianat disebutkan Allah di dalam al-Qur’an. “Allah membuat istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah ikatan pernikahan dengan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suami mereka, maka kedua suami mereka itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari siksa Allah, dan dikatakan kepada keduanya: ‘Masuklah kalian berdua ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk neraka’.” (QS. At-Tahrim: 10). Menurut As-Suhaili, “Nama istri Luth adalah Walahah, sementara istri Nuh adalah Walaghah.”           

Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat sebuah bahtera yang amat besar di atas bukit. Perahu itu akan memuat Nabi Nuh orang-orang yang beriman, serta beragam makhluk yang mempunyai ruh yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk tetap hidup, sebelum Allah menimpakan azab berupa banjir bandang kepada kaumnya.
                Melihat Nabi Nuh membuat perahu tersebut, kaumnya makin ingkar dan mengejek perbuatannya. Tak terkecuali istri Nabi Nuh yang juga turut mencemooh dan berkata kepada orang-orang: “Nuh itu gila”. Dan apabila ada seseorang yang beriman kepada Nabi Nuh, istrinya pun mengabarkannya kepada kaumnya yang zalim dan kufur. Inilah bentuk pengkhianatan istri Nabi Nuh, sehingga Allah pun mengazabnya bersama orang-orang kafir.
                Sementara itu, istri Nabi Luth adalah seorang istri Nabi yang diutus Allah kepada kaum yang berperangai lebih rendah dari binatang. Tidak ada satu kaum pun sebelum mereka yang memiliki keburukan moral seperti itu. Mereka adalah kaum yang ‘memopulerkan’ perilaku homoseksual.
Kediaman Nabi Luth sering kedatangan tamu laki-laki dari kaum lain. Di antara tamu-tamu tersebut adalah para lelaki yang berparas tampan. Istri Nabi Luth dalam hal ini berperan sebagai informan bagi kaumnya yang gemar melakukan homoseksual, mengenai keberadaan tamu laki-laki yang ada di rumah Nabi Luth.
Suatu ketika, datanglah malaikat yang menjelma menjadi para pemuda rupawan yang bertamu di rumah Nabi Luth. Saat Nabi Luth melihat mereka, Nabi Luth mengkhawatirkan keadaan mereka. Tidak ada yang mengetahui kedatangan mereka selain istri Nabi Luth. Hingga akhirnya, istri Luth membocorkan kedatangan tamu-tamu tampan tersebut kepada kaum Nabi Luth.
Maka, kaumnya pun bergegas menuju rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan keji dengan para tamu tersebut. Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat pintu rumahnya, memanggil Nabi Luth dengan suara keras agar Nabi Luth mengeluarkan tamu-tamunya itu kepada mereka. Masing-masing dari mereka berharap dapat bersenang-senang dan menyalurkan syahwatnya kepada tamu-tamunya itu.
Demikianlah pengkhianatan mereka kepada suami mereka. Status mereka sebagai istri seorang Nabi yang shalih, tak ada manfaatnya secuil pun bagi mereka. Sehingga, mereka pun terjebak pada kekufuran dan mendapat azab Allah di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, berkaitan dengan tafsir ayat QS. At-Tahrim ayat 10 yang disebutkan di atas, Ibnu Katsir dalam tafsirnya menekankan bahwa tidak ada jaminan suami yang shalih —hingga sekelas nabi pun— dapat mengajak istrinya ke jalan yang benar, ketika tidak ada cahaya iman di dalam hati sang istri. Dan sekali-kali keimanan suami juga tidak dapat memberikan manfaat apapun dan tidak bisa menahan keburukan bagi istrinya.

Bukan Selingkuh
Istri Nabi Luth dan Nabi Nuh berkhianat dalam hal tidak mengikuti agama, bukan berkhianat dalam perselingkuhan. Karena, Allah tidak menakdirkan seorang Nabi pun memiliki istri yang berselingkuh. Sebagaimana yang disampaikan Ibnu Abbas dan imam salaf lainnya, bahwa tidak ada seorang pun istri Nabi yang berselingkuh.
Dijelaskan pula oleh Syaikh Shalih Fauzan, bahwa kedua perempuan istri Nabi Nuh dan Nabi Luth telah mengkhianati amanat suami mereka, dari sisi keharusan istri menjaga rahasia suami, tidak memberi tahu orang lain tentang sesuatu yang mengandung rahasia suami, tamu-tamu suami, dan lainnya. Pengkhianatan kedua istri ini bukanlah dalam hal kehormatan, tetapi dalam hal agama atau dalam hal tidak menjaga rahasia suami.
                Profil istri pengkhianat tersebut, cukup menjadi pelajaran bagi kita, agar tak mengikuti jejak mereka. Istri adalah mitra setia suami dalam segala hal dan kesempatan. Bukan hanya partner dalam urusan rumah dan ranjang, juga partner dalam hal dakwah dan berjuang. (ishlah.blogspot.com)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.