Sebagai partner dalam perjuangan iqamatuddin, seorang
istri diharapkan bisa mendampingi suami dan mendukung aktivitas iqamatuddin
semaksimal mungkin. Meski ternyata, terdapat pula istri-istri pengkhianat
perjuangan. Bukannya menjadi mitra juang, sang istri justru menjadi “musuh
dalam selimut” bagi suami. Saat suaminya memperjuangkan dan menyampaikan
kebenaran, mereka malah menjadi pengkhianat dakwah.
Permisalan kisah istri pengkhianat
disebutkan Allah di dalam al-Qur’an. “Allah membuat istri Nabi Nuh dan istri
Nabi Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah
ikatan pernikahan dengan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba
Kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suami mereka, maka kedua
suami mereka itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari siksa Allah, dan
dikatakan kepada keduanya: ‘Masuklah kalian berdua ke dalam neraka bersama
orang-orang yang masuk neraka’.” (QS. At-Tahrim: 10). Menurut
As-Suhaili, “Nama istri Luth adalah Walahah, sementara istri Nuh adalah
Walaghah.”
Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth
Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat sebuah bahtera yang amat besar di
atas bukit. Perahu itu akan memuat Nabi Nuh orang-orang yang beriman, serta
beragam makhluk yang mempunyai ruh yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk tetap hidup, sebelum Allah
menimpakan azab berupa banjir bandang kepada kaumnya.
Melihat
Nabi Nuh membuat perahu tersebut, kaumnya makin ingkar dan mengejek
perbuatannya. Tak terkecuali istri Nabi Nuh yang juga turut mencemooh dan
berkata kepada orang-orang: “Nuh itu gila”. Dan apabila ada seseorang yang
beriman kepada Nabi Nuh, istrinya pun mengabarkannya kepada kaumnya yang zalim
dan kufur. Inilah bentuk pengkhianatan istri Nabi Nuh, sehingga Allah pun
mengazabnya bersama orang-orang kafir.
Sementara
itu, istri Nabi Luth adalah seorang istri Nabi yang diutus Allah kepada kaum
yang berperangai lebih rendah dari binatang. Tidak ada satu kaum pun sebelum
mereka yang memiliki keburukan moral seperti itu. Mereka adalah kaum yang
‘memopulerkan’ perilaku homoseksual.
Kediaman Nabi Luth sering
kedatangan tamu laki-laki dari kaum lain. Di antara tamu-tamu tersebut adalah
para lelaki yang berparas tampan. Istri Nabi Luth dalam hal ini berperan
sebagai informan bagi kaumnya yang gemar melakukan homoseksual, mengenai
keberadaan tamu laki-laki yang ada di rumah Nabi Luth.
Suatu ketika, datanglah malaikat
yang menjelma menjadi para pemuda rupawan yang bertamu di rumah Nabi Luth. Saat
Nabi Luth melihat mereka, Nabi Luth mengkhawatirkan keadaan mereka. Tidak ada
yang mengetahui kedatangan mereka selain istri Nabi Luth. Hingga akhirnya, istri
Luth membocorkan kedatangan tamu-tamu tampan tersebut kepada kaum Nabi Luth.
Maka, kaumnya pun bergegas menuju
rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan keji dengan para tamu
tersebut. Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat pintu rumahnya, memanggil
Nabi Luth dengan suara keras agar Nabi Luth mengeluarkan tamu-tamunya itu
kepada mereka. Masing-masing dari mereka berharap dapat bersenang-senang dan
menyalurkan syahwatnya kepada tamu-tamunya itu.
Demikianlah pengkhianatan mereka
kepada suami mereka. Status mereka sebagai istri seorang Nabi yang shalih, tak
ada manfaatnya secuil pun bagi mereka. Sehingga, mereka pun terjebak pada
kekufuran dan mendapat azab Allah di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, berkaitan dengan
tafsir ayat QS. At-Tahrim ayat 10 yang disebutkan di atas, Ibnu Katsir dalam
tafsirnya menekankan bahwa tidak ada jaminan suami yang shalih —hingga sekelas
nabi pun— dapat mengajak istrinya ke jalan yang benar, ketika tidak ada cahaya
iman di dalam hati sang istri. Dan sekali-kali keimanan suami juga tidak dapat
memberikan manfaat apapun dan tidak bisa menahan keburukan bagi istrinya.
Bukan Selingkuh
Istri Nabi Luth dan Nabi Nuh
berkhianat dalam hal tidak mengikuti agama, bukan berkhianat dalam
perselingkuhan. Karena, Allah tidak menakdirkan seorang Nabi pun memiliki istri
yang berselingkuh. Sebagaimana yang disampaikan Ibnu Abbas dan imam salaf
lainnya, bahwa tidak ada seorang pun istri Nabi yang berselingkuh.
Dijelaskan pula oleh Syaikh Shalih
Fauzan, bahwa kedua perempuan istri Nabi Nuh dan Nabi Luth telah mengkhianati
amanat suami mereka, dari sisi keharusan istri menjaga
rahasia suami, tidak memberi tahu orang lain tentang sesuatu
yang mengandung rahasia suami, tamu-tamu suami, dan lainnya. Pengkhianatan
kedua istri ini bukanlah dalam hal kehormatan, tetapi dalam hal agama atau
dalam hal tidak menjaga rahasia suami.
Profil
istri pengkhianat tersebut, cukup menjadi pelajaran bagi kita, agar tak
mengikuti jejak mereka. Istri adalah mitra setia suami dalam segala hal dan
kesempatan. Bukan hanya partner dalam urusan rumah dan ranjang, juga partner
dalam hal dakwah dan berjuang. (ishlah.blogspot.com)
0 komentar:
Posting Komentar